Jumat, 20 November 2009

Berburu yang Bekas di Padang Book Fair 4


Diantara gelaran stand yang menjual berbagai jenis buku baru, terselip beberapa stand yang menyediakan buku bekas untuk pengunjung. Pemandangan seperti ini ditemukan pada acara pesta buku di Gedung Bagindo Azis Chan, Sabtu (8/11) lalu.

Ajang yang dinamakan Padang book fair 4 itu, pada umumnya menjual buku-buku baru dengan potongan harga besar-besaran. Terlihat di sudut-sudut stand yang menggelar dagangan pada saat itu, tak sedikit para pedagang yang mempromosikan bukunya dengan kertas yang bergelantungan bertuliskan diskon 20 hingga 50 persen. Inilah sebuah ajang untuk setiap orang bisa membeli buku dengan harga yang murah dibandingkan dengan harga-harga toko.
Tapi, tak hanya buku-buku baru yang digelar pada pesta buku itu. Buku-buku bekas pun turut memenuhi gelaran para pedagang. Para penjual menawarkan buku bekas ini dengan berbagai harga yang menarik. Pengunjung pun sangat antusias dengan berbagai buku bekas yang digelar penjual pada kesempatan itu. Ini terbukti dengan stand penjual buku bekas yang tak pernah sepi pengunjung.

Inilah ajang bagi si pecinta buku untuk menambah koleksi mereka. Pun, itu buku bekas. Mereka yang berasal dari berbagai kalangan ini memiliki alasan tersendiri untuk membeli buku bekas. Salah seorang diantaranya, Hendra, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas (Unand) yang lebih memilih buku bekas. Karena menurutnya antara buku bekas dengan buku baru sama saja. “Waktu terbitannya saja yang lama, tapi ilmu yang didapatkan takkan ada basinya,” terang Hendra kepada Ganto, Sabtu (9/11). Selain itu, tambah Hendra harga yang ditawarkanpun sangat murah dan sesuai dengan kantong mahasiswa. Untuk majalah bekas ia hanya merogoh Rp 2 ribu dan untuk buku bekas Rp 10 ribu .

Tak hanya Hendra yang sangat tertarik untuk berburu buku bekas pada acara tahunan itu. Lia (36) yang berprofesi sebagai seorang guru juga ikut berburu buku bekas. Menurutnya membeli buku bekas tak ada ruginya karena tak ada bedanya antara buku bekas dengan buku baru. “Kita membeli buku kan untuk membaca isinya, bukan untuk melihat baru atau tidaknya,” katanya lagi.

Buku bekas yang menjadi incaran para pengunjung waktu itu ada yang dikumpulkan sendiri oleh pedagang dan adapula yang mereka dapatkan dari toko buku yang bukunya tak laku dijual. Khairun, wanita muda yang turut menjual buku bekas pada kesempatan itu mengatakan buku bekas yang dijualnya merupakan buku yang ia kumpulkan dengan rekannya sendiri. Lain halnya dengan Niko. Ia mendapatkan buku-buku bekas dari salah satu toko buku di daerah Tarandam.

Untuk menarik para pembeli, mereka hanya mempromosikan dagangannya dengan secarik kertas hasil print berwarna hitam putih bertuliskan rata-rata Rp 10.000. Selama pesta buku ini dibuka, Khairun dan Niko mengaku memperoleh penghasilan yang lumayan banyak tiap harinya. Untuk buku bekas, khairun kadang-kadang memperoleh penghasilan sekitar Rp 100 ribu per hari dan untuk majalah, ia mampu memperoleh Rp 50 ribu per hari. Menurut pria lajang ini, menjual buku bekas adalah hal yang menarik dan tidak membutuhkan modal yang cukup besar. Niko hanya merogoh sakunya sebesar Rp 40 ribu untuk mendapatka satu dus buku_barang dagangannya itu.Afdal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar