Ladies first, dua buah kata (Noun Phrase) dalam bahasa Inggris yang kalau diartikan dalam bahasa Indonesia Wanita yang Pertama. Meskipun dalam bahasa Inggris, namun frase ini bukanlah sesuatu yang terasa asing lagi. Lebih banyak para kawula muda mengucapkan ladies first ketimbang wanita yang pertama.
Ladies first bukan hanya sebatas mengandung arti ‘wanita yang pertama’. Tetapi kata ini mengandung arti dan makna yang cukup mendalam yang nantinya memunculkan sebuah penghormatan dari para ‘kaum adam’ (laki-laki). Menurut artinya dalam bahasa Indonesia, wanita yang pertama, merefleksikan bahwa adanya sebuah penghormatan dan sikap yang lebih yang diberikan kepada ‘kaum hawa’ sesuai dengan kudratnya.
Merujuk pada beberapa hadis: Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. (Hadis riwayat al-Bukhari4889). Hal yang sama juga diriwayatkan Muslim: Sesungguhnya perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya. (Hadis riwayat Muslim no: 1468.)
Arti dari seperti tulang rusuk itu bukan diciptakan dari tulang rusuk. Tetapi sebagai sebuah perumpaan antara perempuan dan tulang rusuk. Dengan itu, hadis ini ditafsirkan sebagai sifat dan perasaan perempuan itu daripada jenis yang mudah bengkok.
Dari beberpa hadis di atas jelaslah bahwasanya wanita itu senantiasa mempunyai sifat dan perasaan yang membutuhkan perhatian atau ‘penghormatan’ sesuai dengan kudrat mereka sebagai wanita.
Rasanya, bukanlah sesuatu yang berlebihan dari makna yang terkandung dalam frase ladies first-yakni ketika wanita diperlalukan dengan penuh kelembutan, terhormat atau dengan kata lain wanita lebih didahulukan dari laki-laki. Asalkan perlakuan itu sesuai dengan hakikat dan fitrahnya. Ditambah lagi pengorbanan yang lebih, dan bahkan mempertaruhkan nyawa hanya karena landasan cinta dan kasih sayang untuk melahirkan seorang bayi.
Melihat kita pada lingkungan di mana kita melakukan aktifitas sehari-hari, rasanya belumlah balance antara perkataan (yakni:ladies first) dengan perbuatan atau sikap yang menunjukkan makna ke arah itu. Tidak ada lagi perbedaan gender antara wanita dan laki-laki. Lebih mirisnya lagi ketika kita menyaksikan para Ibu-ibu yang bisa dikatakan lebih aktif dari para Bapak-bapak. Melihat kondisi di lapangan, begitu banyak Ibu-ibu yang jualan keliling, di mana mereka menghamparkan dagangan mereka di tengah-tengah teriknya matahari, berlindung di bawah rintikan hujan. Belum lagi ketika mereka mengurus anak-anak mereka, memasak, mencuci dan lain sebagainya. Sementara mereka (Bapak-bapak) hanyalah in the hoy sambil menikmati suguhan kopi susu hangat di lapau-lapau. Meskipun tidak semua Bapak-bapak seperti itu halnya dan bukanlah bermaksud untuk menyinggung para Bapak-bapak, hanya saja nantinya bisa menjadi sebuah pencerahan di tengah-tengah kegelapan dan kegundahan.
Itu hanyalah sebagian kecil dari banyak contoh yang ada. Rasanya tak ada pengorbanan yang dianugerahkan oleh Allah SWT yang melebihi pengorbanan yang diberikan kepada sang Ibu. Hanya saja, sejauh mana kita mampu untuk menghargai dan menghormati pengorbanan itu. Sebuah dedikasi di Hari Ibu (22 Desember).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar